Rabu, 19 September 2012

Transmigrasi

Transmigrasi adalah judul yang aku pilih untuk tulisanku kali ini. Kenapa? Karena itulah yang saat ini sedang aku alami. Besok, 20 September, tepat sudah satu bulan aku di kota ini bertransmigrasi. Pindah dari hiruk pikuk kota Jakarta ke Kota Banjarmasin. Walaupun merupakan ibukota Propinsi Kalimantan Selatan tetapi Banjarmasin bukanlah kota yang besar menurutku jika dibandingkan dengan kota-kota satelit di Jakarta. Dibandingkan sama Bekasi aja, Banjarmasin masih kalah rame, kalah macet, kalah bising, kalah semua-muanya hehehee.
Sewaktu aku di Jakarta, orang-orang sepertinya sangat takut dipindahkan keluar kota Jakarta. Aku tidak tahu apa alasan pastinya. Kebanyakan si sepertinya menunjukkan ekspresi kalau tinggal di luar kota Jakarta itu seperti tidak hidup. Padahal, sebulan aku disini, aku merasa benar-benar hidup. Tidak ada lagi macet yang dulunya harus ku nikmati setiap hari. Tidak ada lagi istilah P3M alias Pergi Pagi Pulang Malam atau ada yang bilang "pergi sebelum matahari terbit dan pulang setelah matahari terbenam". Sekarang hidupku begitu menyenangkan. Aku dan suami benar-benar bisa menikmati waktu-waktu bersama kami. sarapan bersama, makan siang bersama, makan malam bersama, benar-benar menyenangkan bukan :).
Dengan tulisan ini aku ingin mengajak teman-teman sekalian, saudara saudari, bapak-ibu, paman-bibi, semuanya yang saat ini tinggal di jabodetabek yang sudah jenuh dengan kemacetannya, polusinya, tidak usah takut untuk keluar dari Jakarta. Tinggal di luar Jakarta bukan berarti hidup kita tu berhenti, justru hidup yang sesungguhnya ada di luar sini. Mengapa harus mengorbankan waktu untuk keluarga demi macetnya Jakarta? Mengapa tidak memilih untuk kembali ke kampung masing-masing dan membangunnya.
Permasalahan di daerah memang cukup pelik apalagi berkaitan dengan fasilitas. Tetapi tanpa fasilitas pun ternyata hidup tetap berjalan kok. Justru hidup terasa lebih indah apabila kita bisa berhenti sejenak dari ketergantungan kita akan teknologi. Lagi pula selama sinyal telepon masih ada kita tidak akan pernah ketinggalan informasi kok. So... mari bertransmigrasi...

Galau



Rabu, 19 September 2012

Hari masih pagi. Aku baru tiba di ruangan kantor ini kurang lebih 10 menitan. Orang-orang baru mulai berdatangan. Maklum, ini masih jam 07.25 WITA. Masih ada waktu 5 menit lagi sebelum absensi di tutup hehehe.
Pagi ini sebenarnya cukup cerah. Matahari bersinar lembut setelah kemaren malam hujan turun dengan derasnya. Jalanan pun tampak bersahabat. Tidak terlalu ramai. Mungkin karena kami, maksudnya saya dan suami, berangkatnya cukup cepat pagi ini. Tetapi entah kenapa, aku kurang bersemangat pagi ini. Semua keindahan pagi ini sepertinya belum cukup untuk mengobati rasa khawatirku. Jadilah pagi ini aku galau berat hehehe.
Galau, kenapa aku galau pagi ini? Jawabannya adalah karena acara pesta ulang tahun yang akan dilaksanakan oleh gereja kami pada hari minggu ini. Mau pesta kok malah galau?? Ya bagaimana ga galau, semuanya terasa terlalu diburu-buru. Semuanya terasa terlalu dipaksakan. Aku merasa ada kesombongan, ada ego yang dipertahankan disini.
Salah satu patokan suksesnya penyelenggaraan pesta nanti adalah jumlah dana yang terkumpul dari hasil lelang maupun sumbangan para undangan. Mengapa harus uang? Mengapa selalu nominal rupiah yang jadi patokan sukses pelaksanaan pesta di gereja ini? Apakah tidak penting kebahagiaan jemaat yang bersuka cita merayakan hari ulang tahun gerejanya walaupun dengan kesederhanaan? Bagaimana dengan acara ibadah dan syukuran yang seharusnya menjadi ajang silaturahmi semua jemaat? Memang panitia sudah menyiapkan acara perayaan ulang tahun tersebut, tetapi “menu” utamanya adalah lelang untuk pengumpulan dana itu.
Mengingat itu aku jadi makin galau. Padahal baru saja aku menemukan indahnya dunia pelayanan. Ya, pelayanan. Hal yang selama ini sangat sangat tidak pernah aku sentuh. Sejak suamiku ditugaskan untuk melayani di salah satu gereja di Borneo ini, mau tidak mau aku juga harus terjun dalam pelayanan tadi. Awalnya si terasa berat, sangat berat. Tetapi lama-lama menyenangkan juga terutama ketika ikut pelayanan sekolah minggu. Aku merasa hidup disana. Aku bisa berkreasi. Bisa menunjukkan kemampuanku. Bisa belajar banyak hal. Sangat menyenangkan bisa bersama dengan anak-anak yang penuh semangat. Tetapi, pelayananku tidak bisa terbatas hanya di sekolah minggu saja karena sebagai istri seorang pendeta aku dituntut untuk bisa melayani di semua kategorial.
Yah, itulah sedikit kegalauanku di pagi hari ini. Aku hanya bisa berdoa kepada Tuhan Yesus agar seluruh rangkaian acara pesta nanti bisa berjalan dengan lancer. Dan yang paling penting, semua tamu undangan dan jemaat bisa menikmatinya dengan penuh sukacita dan ucapan syukur. Semoga…. Oh ya, gereja tempat kami melayani sekarang adalah HKBP Borneo, dan tanggal 23 September nanti adalah perayaan ulang tahunnya yang ke-6. Doakan supaya kami semua bisa menjadi Kristen yang benar. Amin..